Subscribe

Cum sociis natoque penatibus et magnis
[contact-form-7 id="1210" html_class="cf7_custom_style_1"]

Blog

Apa Itu Kesepakatan Roem-Royen 7 Mei 1949? Berikut Sejarah, Isi, dan Efeknya

Apa Itu Kesepakatan Roem-Royen 7 Mei 1949? Berikut Sejarah, Isi, dan Efeknya

Jogja – ASPD ialah kependekan dari Asesmen Standarisasi Pendidikan Wilayah. Untuk 2024, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) DIY (Wilayah Spesial Yogyakarta), sudah melaunching agendanya. Baca agenda ASPD 2024 untuk pelajar luar wilayah DIY berikut ini.

Menurut pengertian dari situs resmi Disdikpora DIY, ASPD dilaksanakan tujuan mendapatkan data sekunder hal https://upt-ptkk.com/ kenaikan kualitas pendidikan dan direncanakan untuk menghasilkan informasi tepat mengenai perubahan kualitas dari hari ke hari. Nanti, berdasarkan data ini, bisa dilaksanakan pembaruan kualitas belajar mengajarkan dan tingkatkan hasil belajar peserta didik.

Perlu ditulis jika ASPD ini adalah proses terpisahkan dari PPDB (Akseptasi Peserta Didik Baru). Maknanya, selainnya meng ikuti ASPD, berbagai tingkatan PPDB seperti entri data nilai rapor dan data personal perlu dilaksanakan.

Jogja – Kesepakatan Roem-Royen adalah kejadian penting pada sejarah Indonesia-Belanda sesudah Kesepakatan Linggarjati tahun 1946 dan Kesepakatan Renville tahun 1948. Kesepakatan ini disetujui pada 7 Mei 1949.
Isi pada Kesepakatan Roem Royen sendiri berbentuk pembicaraan yang dibikin Indonesia dan Belanda dengan tujuan untuk menuntaskan perselisihan saat kemerdekaan.

Untuk ketahui informasi selanjutnya tentang sejarah, isi, dan imbas Kesepakatan Roem-Royen, baca penjelasannya di bawah ini.

Sejarah Kesepakatan Roem-Royen

D ikutip dari jurnal dengan judul Sejarah Diplomasi Roem-Roijen dalam Perjuangan Menjaga Kemerdekaan Republik Indonesia Tahun 1949 oleh Agus Berbudi dalam Jurnal Kampus Galuh, kesepakatan Roem-Royen adalah tanggapan dari rangkaian perselisihan membawa senjata di antara pemerintahan Republik Indonesia dan Belanda saat kemerdekaan.

Walaupun negara Indonesia sudah sukses diproklamirkan di tanggal 17 Agustus 1945, tetapi realitanya sampai sekian tahun sesudah proklamasi kemerdekaan itu, faksi Belanda belum ingin mengaku kemerdekaan Indonesia.

Belanda bahkan juga memperlancar dua invasi militernya pada Indonesia, sebagai sumber kemelut politik antara ke-2 negara itu.

Faksi Belanda mengatakan jika Indonesia tak lagi terlilit oleh perjanjian-perjanjian awalnya, hingga mereka merasakan bebas untuk melakukan tindakan.

Tetapi, usaha Belanda untuk mengambil lagi daerah jajahannya di Indonesia gagal, bahkan juga invasi militernya cuma tingkatkan ketidakserasian jalinan politik internasional.

Dewan Keamanan Liga Bangsa-Bangsa (LBB) mengatakan kedua pihak untuk hentikan perlakuan perseteruan dan menuntaskan perselisihan mereka dengan cara damai.

Ini menggerakkan dilakukan Pembicaraan Roem-Royen di tanggal 14 April 1949 di Jakarta, yang dipegang oleh Mr. Mohammad Roem dari faksi Indonesia dan Dr. J.H. Van Roijen (Royen) dari faksi Belanda atas prakarsa UNCI (United Nations Commission for Indonesia).

Dari hasil pembicaraan ini, dikenali 'Van Roijen-Roem Pernyataants’, berkenaan penyerahan wilayah Ibu-kota Jogja ke Pemerintahan Republik Indonesia.

Disamping itu, pembicaraan ini menghasilkan gencatan senjata untuk beberapa waktu buat hentikan penjajahan dan meminimalisasi korban dari kedua pihak.

Pembicaraan Roem-Royen mendapatkan support dari Amerika Serikat sebagai negara ke-3 , yang pilih Belgia sebagai wakilnya untuk Belanda, dan Australia sebagai wakilnya untuk Indonesia.

Dengan begitu, Dewan Keamanan LBB sukses capai persetujuan dalam perpecahan permasalahan di antara ke-2 faksi yang selanjutnya direalisasikan dalam Kesepakatan Roem-Royen.

Leave a comment